KISAH RUBIT, ANAK PINGGIR HUTAN YANG BERJUANG KULIAH S2 DI PARIS
REMBANG – NOTOPROJO.ID
Tak ada yang mustahil selama berdoa dan berusaha. Itulah yang dipegang oleh Rubit Yuliyani, remaja RT 1 RW 1 Desa Mlatirejo Kecamatan bulu. Meski berasal dari keluarga kurang mampu, namun putri kedua pasangan Nargito – Sugiyati saat ini berhasil kuliah S2 di Paris tepatnya di Master Degree (S2) Ascencia Business School.
Rubit, remaja desa pinggir hutan Kecamatan Bulu itu mengatakan sejak kecil berkeinginan untuk traveling ke berbagai belahan dunia. Cita-cita itu terus dipendamnya hingga sekolah di SMA Negeri Sulang. ”Meski saya berasal dari keluarga kurang berada, namun saya yakin mampu mewujudkannya. Setelah SMA Negeri di Sulang, saya sempat bekerja dulu sebagai buruh pabrik garmen di Bogor,” jelas dia saat ditemui di rumahnya Selasa (5/6).
Hanya bertahan sebulan sebagai buruh pabrik garmen di Bogor, Rubit kemudian memutuskan pindah ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, Rubit bekerja di sebuah konveksi di Yogyakarta. ”Selain administrasi konveksi, saya kadang juga jaga stand di Malioboro atau tempat lainnya. Selama bekerja di Yogyakarta itu saya mulai mengumpulkan uang untuk kuliah. Setahun bekerja, saya mulai kuliah di Universitas Widya Wiwaha. Siang bekerja, malam kuliah,” terang dia.
Selama kuliah malam itu, wawasannya tentang kebutuhan berbahasa Inggris mulai tumbuh. Mulailah dia bertemu dengan komunitas-komunitas bahasa di Yogyakarta. ”Ada tiga komunitas yang membantu saya untuk mengasah kemampuan Bahasa Inggris,” kata dia.
Mesti sudah berkumpul dengan komunitas, Rubit mengaku kemampuan Bahasa Inggrisnya masih kurang. ”Saat itu saya mulai mendengar program Au Pair, semacam pertukaran budaya dengan bekerja di luar negeri. Saya tertarik dan mulai mencari informasi,” terang dia.
Melamar Program Au Pair
Setelah lulus kuliah tahun 2018, Rubit mulai melamar Au Pair di sejumlah negara Eropa. ”Modalnya nekad saja. Semua lamaran hingga biodata berbahasa Inggris saya buat dengan translate di Google. Namun, lumayan lama juga dan berulang-ulang saya melamar Au Pair hingga akhirnya bisa mendapatkan keluarga yang tertarik dengan saya,” kata dia.
Tawaran Au Pair pertama datang dari sebuah keluarga di Inggris. Namun, dengan berbagai pertimbangan, Rubit memilih untuk tidak memilih keluarga dari Inggris itu. Tawaran kedua kemudian datang dari sebuah keluarga di Perancis. ”Keluarga yang di Perancis itu keluarga imigran Aljazair. Setelah wawancara online, akhirnya saya memberanikan diri berangkat ke Perancis. Ternyata keluarga itu merupakan keluarga muslim. Saya semakin betah di Perancis,” jelas dia.
Di keluarga itu, dia juga mendapatkan jaminan untuk sekolah master kuliah S2 di Paris. Rubit kemudian melamar ke sejumlah universitas di Paris untuk jenjang Master. ”Di Perancis ada dua kategori Master. Yaitu M1 dan M2. Saya mendapatkan kesempatan M1 jurusan Bisnis Internasional di ILCI Bussines School tahun 2020,” terang dia.
Setelah M1, dia mengatakan mendapatkan kesempatan M2. Namun untuk M2 itu ada berbagai persyaratan dari Pemerintah Perancis yang harus dipenuhi. ”Kebetulan saat itu saya bekerja di salah satu waralaba internasional. Akhirnya, saya mendapatkan penjaminan dari perusahaan dan bisa M2,” kata dia.
Dukungan Orang Tua
Nargito, ayah Rubit mengaku tidak menyangka anak perempuannya bisa sekolah sejauh itu. ”Saya hanya buruh tani saja. Mengkuliahkan anak juga tidak bisa. Alhamdulillah, anak saya bisa sekolah tinggi,” jelas dia. Sugiyati, ibu Rubit mengatakan selama tiga Lebaran terakhir tidak bertemu dengan anak keduanya itu. KepulanganKepulangan Rubit beberapa hari lalu merupakan yang pertama sejak tiga tahun lalu.
Rubit sangat berharap anak-anak muda Rembang khususnya untuk tidak takut dengan kendala kekurangan materi untuk sekolah tinggi. ”Selama berusaha dan berdoa, saya yakin anak-anak muda lain bisa seperti saya. Silahkan bila ingin mengikuti Au Pair bisa tanya-tanya via instagram saya @rubit_yuliya. Dengan senang hati saya akan membantu,” jelas dia.
(Red/@DJ)