Gus Haiz Optimis Mampu Tuntaskan Persoalan Anak Putus Sekolah Di Jepara
JEPARA – NOTOPROJO.ID
Dunia pendidikan di Tanah Air masih dihadapkan pada beragam persoalan. Berdasarkan analisis masalah anak putus sekolah pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2019, lebih dari 4,3 juta anak usia 7-18 tahun di Indonesia tidak bersekolah, 586 ribu diantaranya berada di Jawa Tengah.
Sementara itu, 17.056 anak Jepara tercatat putus sekolah. Sehingga diperlukan penanganan khusus untuk mengentaskan masalah pendidikan tersebut. Demikian terungkap dalam dialog interaktif jaring asmara (menjaring aspirasi masyarakat) bersama Gus Haiz, Ketua DPRD Kabupaten Jepara, Kamis (2/06) di Radio Kartini 94,2 FM.
“Tentu ini menjadi perhatian kita semua bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan terutama di Jepara. Mendorong anak tidak sekolah untuk kembali belajar dan sekolah lagi” katanya.
Meski demikian pria yang akrab dipanggil Gus Haiz ini cukup prihatin dengan kasus anak tidak sekolah akibat pergaulan dan bullying. “Kadang ATS ini bisa disebabkan oleh ajakan teman. Tapi yang lebih mengkuatirkan adalah korban bullying. Anak menjadi trauma dan tidak mau sekolah lagi” ucapnya.
Menurutnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak tidak sekolah. Selain faktor ekonomi juga ATS juga bisa disebabkan oleh faktor geografis, sosial budaya dan juga bullying. Kondisi ekonomi keluarga berdampak juga terhadap keinginan anak bersekolah. Umumnya berkaitan dengan biaya sekolah. “Namun ini sebenarnya tinggal kesadaran kita karena saat ini sekolah sudah gratis” tandasnya.
Untuk itu menurutnya dinas terkait perlu membentuk sebuah lembaga khusus menangani bullying ini. “Jangan sampai anak trauma dan tidak mau sekolah. Nah, yang seperti ini yang harus kita dampingi” katanya menjelaskan.
Selain menyoroti faktor penyebab ATS di Jepara Gus Haiz juga berharap pendidikan di Jepara mampu menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jadi perlu merubah mindset tentang pendidikan, bahwa pendidikan bukan untuk semata-mata mencari kerja tapi membentuk karakter dan cara berfikir. “Dengan demikian akan terwujud SDM yang berkualitas, kalo SDMnya bagus tentu mampu menghasilkan pekerjaan yang bagus, tidak kalah dengan orang asing” tandasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Ony Sukistijawan mengatakan, upaya pemerintah untuk mendorong ATS kembali bersekolah melalui gerakan yuk sekolah maneh sudah mulai dijalankan. Dari membentuk tim penanganan ATS dan menunjuk desa sebagai pilot project penanganan ATS. “Belum lama ini kita menampilkan show case hasil penanganan ATS di 4 desa. Mereka dilatih ketrampilan dan pendidikan layaknya sekolah formal di beberapa PKBM” katanya.
Dijelaskan oleh Ony ada beberapa PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang ditunjuk sebagai tempat penanganan ATS bekerja sama dengan UNICEF.
“Diharapkan beberapa tahun kedepan ATS ini dapat ditangani. Melalui sistem informasi pembangunan berbasis masyarakat (SIPBM) serta aplikasi Sistem Informasi Putus Sekolah Masa Depan Cerah (SIPUTMERAH) masalah ATS di Jepara dapat tertangani” pungkas Ony
(Red/DJ)