Tradisi Memasang Ketupat Lepet Di Atas Pintu Rumah
Pati – Notoprojo.id
Ada hal unik yang menjadi tradisi dalam perayaan lebaran Ketupat yang berlangsung sepekan usai puncak perayaan Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya, menggantung ketupat dan atau sajian lainnya di pintu-pintu rumah sebagian masyarakat di wilayah kab pati pada khususnya.
Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur), atau kadang-kadang dari daun palma yang lain. Lepet (Jawa) atau Leupeut (Sunda) adalah sejenis penganan dari beras ketan yang dicampur kacang, dan dimasak dalam santan, kemudian dibungkus daun janur.
Penganan ini lazim ditemukan dalam lingkungan Masakan Jawa dan Sunda di pulau Jawa dan populer disantap sebagai kudapan. Lepet mirip lemper dan lontong, meskipun perbedaannya teksturnya lebih liat dan lengket karena menggunakan beras ketan, dan memiliki cita rasa yang lebih gurih karena dicampur santan dan kacang.
“Ketupat digantung di pintu rumah. Ini sudah tradisi dan saya mengikuti saran dari orang tua ,” ucap habib warga warga perumahan Mulya cluster desa metaraman kab pati kepada team notoprojo.id, Minggu 08/05
Terkait makna menggantungkan ketupat.dan lepet (jajanan dari ketan pelengkap ketupat, red), dan lopis (nama jajanan) pada pintu rumah, habib mengaku belum tahu pasti. Menurutnya, tradisi ini telah diwariskan dari orang-orang tua zaman dahulu ke keluarganya.
Berdasarkan penelusuran notoprojo.id, tradisi menggantungkan ketupat di pintu rumah merupakan wujud penghormatan kepada anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Jumlah ketupat yang digantung, sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang telah lebih dulu tiada.
Ketupat sendiri, menurut HJ de Graaf dalam bukunya Malay Annal seperti dikutip NU Online, merupakan simbol perayaan Hari Raya Islam pada masa pemerintahan Demak yang dipimpin Raden Patah awal abad XV.
Ketupat dengan bungkus janur (daun kelapa yang masih muda) berfungsi untuk menunjukkan identitas Nusantara, negeri pesisir yang banyak tumbuh pohon kelapa. Filosofi dari janur kuning menurut orang Jawa sebagai tolak bala .
Slamet Suryono dalam Kamus Pepak Bahasa Jawa mengartikan ketupat atau kupat adalah “ngaku lepat” atau mengaku bersalah. Layaknya tradisi nusantara, sepanjang bulan Syawal, halal bi halal denga saling meminta maaf atas kesalahan merupakan makna dari kata ngaku lepat.
(Red/Her)